Sunday, March 29, 2015

TUGAS 1 - SOFTSKILL BAHASA INDONESIA 2

IVAN FITRA WICAKSONO
13212867
3EA24

PENALARAN DAN PENALARAN DEDUKSI DAN INDUKSI





PENALARAN
           
         Penalaran adalah proses berpikir yang ditolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarlan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpiulannya disebut dengan konklusi (consequence).
            Penalaran mempunyai ciri-ciri, yaitu:
1.      Dilakukan dengan sadar.
2.      Didasarkan oleh sesuatu yang sudah diketahui.
3.      Sistematis.
4.      Terarah dan bertujuan.
5.      Menghasilkan kesimpulan yang dapat berupa pengetahuan, keputusan, dan sikap terbaru.
6.      Sadar tujuan.
7.      Premis berupa pengalaman, pengetahuan, ataupun teori yang didapatkan.
8.      Pola pemikiran tertentu.
9.      Sifat empiris nasional.

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran:
1.      Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tetntu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2.      Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan-aturan berpikir yang tepat. Sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Penalaran dibagi menjadi 2, yaitu:

1.      Penalaran Induksi
Penalaran induksi adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prisnsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus. Ada 3 jenis penalaran induksi, yaitu:

1.      Penalaran Generalisasi
Penalaran ini dimulai dengan peristiwa-peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala.
Contoh Generalisasi:
-       Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat kabaran, radio, dan TV, pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatskan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta barusan menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
-   Jika dipanaskan, besi memuai. Jika dipanaskan, lembaga memuai. Jika dipanaskan, emas memuai. Jika dipanaskan, platina memuai.

Macam-macam Generalisasi:
a.      Generalisasi Sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki.
Contoh: Semua bulan masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31 hari. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena, yaitu jumlah hari pada setiap bulan dalam satu tahun diselidiki tanpa ada yang ditinggalkan.
b.      Generalisasi Tidak Sempurna
Yaitu generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untul mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Contoh: Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia  adalah manusia yang suka bergotong-royong kemudian diambil kesimpulan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini adalah generalisasi sebagian (probabilitas).

Penalaran Generalisasi bertolak dari satu atau sejumlah fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang mempunyai kemiripan untuk membuat sebuah kesimpulan. Sejumlah peristiwa khusus dibuat dalam bentuk kalimat, kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada bagian awal.

2.      Penalaran Analogi
Yaitu proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.
Tujuan Penalaran Analogi:
-          Meramalkan kesamaan
-          Menyingkap kekeliruan
-          Menyusun sebuah klasifikasi
Contoh Analogi: Kita banyak tertarik dengan planet mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulnya musim seperti bumi. Jika bumi ada makhluk hidup, tidaklah mungkin ada makhluk hidup di planet Mars.
3.      Hubungan Kausalitas
Kausalitas merupakan prinsip sebab-akibat yang pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinuya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Contoh: Jika ada udara, makhluk hidup akan hidup.

2.      Penalaran Deduksi
Suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pembentukkan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian, konteks penalaran deduksi tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Jenis penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu: 
 
1.      Silogisme Kategorial
Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Kondisional hipotesis yaitu bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedsngkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Contoh:
Semua mahasiswa adalah lulusan SMA
Fajar adalah mahasiswa
Fajar lulusan SMA

2.      Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Menurut Parera (1991:131), Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengandaian dengan jika konklusi tertentu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.
Contoh:
Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Udara tidak ada.
Jadi, makhluk hidup akan mati.

3.      Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya, simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerimaatau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya.
Contoh:
Supplier Sharp berada di Bandung atau Sukabumi.
Supplier Sharp berada di Bandung.
Jadi, Supplier Sharp tidak berada di Sukabumi.

4.      Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimen, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas. Entimen kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Contoh:
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari.
Pada malam hari tidak ada matahari.
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis.











Referensi:
elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/filsafat_ilmu/bab6-penalaran.pdf

No comments:

Post a Comment