13212867
3EA24
PENALARAN DAN PENALARAN DEDUKSI DAN INDUKSI
PENALARAN
Penalaran adalah
proses berpikir yang ditolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarlan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan
disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpiulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Penalaran mempunyai ciri-ciri, yaitu:
1. Dilakukan
dengan sadar.
2. Didasarkan
oleh sesuatu yang sudah diketahui.
3. Sistematis.
4. Terarah
dan bertujuan.
5. Menghasilkan
kesimpulan yang dapat berupa pengetahuan, keputusan, dan sikap terbaru.
6. Sadar
tujuan.
7. Premis
berupa pengalaman, pengetahuan, ataupun teori yang didapatkan.
8. Pola
pemikiran tertentu.
9. Sifat
empiris nasional.
Syarat-syarat
kebenaran dalam penalaran:
1. Jika
seseorang melakukan penalaran, maksudnya tetntu adalah untuk menemukan
kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat
dipenuhi. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki
seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2. Dalam
penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua
premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal
maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan
dari aturan-aturan berpikir yang tepat. Sedangkan material berarti isi atau
bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Penalaran
dibagi menjadi 2, yaitu:
1.
Penalaran
Induksi
Penalaran induksi
adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prisnsip atau sikap yang
berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus. Ada 3 jenis penalaran
induksi, yaitu:
1.
Penalaran
Generalisasi
Penalaran ini dimulai
dengan peristiwa-peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum.
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian
besar gejala.
Contoh Generalisasi:
- Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh
daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur
kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia
sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat
kabaran, radio, dan TV, pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatskan
sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan
penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta barusan menunjukkan
bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
- Jika dipanaskan, besi memuai. Jika
dipanaskan, lembaga memuai. Jika dipanaskan, emas memuai. Jika dipanaskan,
platina memuai.
Macam-macam Generalisasi:
a.
Generalisasi
Sempurna
Adalah generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Generalisasi
macam ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap
saja yang belum diselidiki.
Contoh: Semua bulan masehi mempunyai
hari tidak lebih dari 31 hari. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena, yaitu
jumlah hari pada setiap bulan dalam satu tahun diselidiki tanpa ada yang
ditinggalkan.
b.
Generalisasi
Tidak Sempurna
Yaitu generalisasi
berdasarkan sebagian fenomena untul mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Contoh: Setelah kita menyelidiki
sebagian bangsa Indonesia adalah manusia
yang suka bergotong-royong kemudian diambil kesimpulan bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini adalah
generalisasi sebagian (probabilitas).
Penalaran
Generalisasi bertolak dari satu atau sejumlah fakta (fenomena atau peristiwa)
khusus yang mempunyai kemiripan untuk membuat sebuah kesimpulan. Sejumlah
peristiwa khusus dibuat dalam bentuk kalimat, kemudian pada akhir paragraf
diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa. Peristiwa
khusus yang disebutkan pada bagian awal.
2.
Penalaran
Analogi
Yaitu proses
membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian
berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil
dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat
khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.
Tujuan Penalaran Analogi:
-
Meramalkan kesamaan
-
Menyingkap kekeliruan
-
Menyusun sebuah klasifikasi
Contoh
Analogi: Kita banyak tertarik dengan planet mars, karena banyak persamaannya
dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars
mempunyai atmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur
air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula
timbulnya musim seperti bumi. Jika bumi ada makhluk hidup, tidaklah mungkin ada
makhluk hidup di planet Mars.
3.
Hubungan
Kausalitas
Kausalitas merupakan
prinsip sebab-akibat yang pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap
kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan
eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinuya,
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Contoh: Jika ada udara, makhluk hidup
akan hidup.
2.
Penalaran
Deduksi
Suatu penalaran yang
berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau
diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat
lebih khusus. Metode ini diawali dari pembentukkan teori, hipotesis, definisi
operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami
suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala
tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian,
konteks penalaran deduksi tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk
memahami suatu gejala.
Jenis penalaran deduksi
yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1.
Silogisme
Kategorial
Silogisme yang terjadi
dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi
premis dan kesimpulan yang kategoris. Kondisional hipotesis yaitu bila premis
minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila
minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang
mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedsngkan premis
yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Contoh:
Semua mahasiswa adalah lulusan SMA
Fajar adalah mahasiswa
Fajar lulusan SMA
2.
Silogisme
Hipotesis
Silogisme yang terdiri
atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Menurut Parera
(1991:131), Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan
kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengandaian dengan
jika konklusi tertentu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi.
Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.
Contoh:
Jika tidak ada udara,
makhluk hidup akan mati.
Udara tidak ada.
Jadi, makhluk hidup
akan mati.
3.
Silogisme
Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya,
simpulannya akan menolak alternatif yang
lain. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerimaatau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi
tergantung dari premis minornya.
Contoh:
Supplier
Sharp berada di Bandung atau Sukabumi.
Supplier
Sharp berada di Bandung.
Jadi,
Supplier Sharp tidak berada di Sukabumi.
4.
Entimen
Silogisme
ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Sejenis silogisme
yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk
menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimen, penghilangan bagian dari argumen
karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas. Entimen kadang-kadang
digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain
silogisme.
Contoh:
Proses
fotosintesis memerlukan sinar matahari.
Pada
malam hari tidak ada matahari.
Pada
malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis.
Referensi:
elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/filsafat_ilmu/bab6-penalaran.pdf
No comments:
Post a Comment